Saturday, October 7, 2023

HIMAKSI UNSERA SUKSES GELAR KEGIATAN GEBYAR AKUNTANSI

 



Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Serang Raya (HIMAKSI UNSERA) gelar kegiatan Gebyar Akuntansi yang bertemakan "Act, Count, Think: Let's be Excellent Together" pada hari Senin, 2 Oktober 2023 di auditorium universitas Serang Raya.


Agenda tahunan dari Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Serang Raya (HIMAKSI UNSERA) ini bertujuan untuk mengasah dan menggali kemampuan siswa di bidang akuntansi.

Gebyar akuntansi ini Terdiri dari dua rangkaian acara yaitu Accounting Challenge dan Seminar Akuntansi.


Peserta Accounting Challenge ini diikuti oleh dari 7 SMK Se-Banten sedangkan untuk seminar nasional diikuti oleh kalangan umum dengan dihadiri 165 peserta. dengan menghadirkan narasumber Ahmad Husain selaku Kepala Bagian Pengawasan Perbankan 2 Kantor Regional 1 OJK Prov. DKI Jakarta dan Banten. 


"Harapannya gebyar akuntansi bisa menjadi icon dan branding bagi universitas serang raya terkhususnya jurusan akuntansi" Ucap Maudi Wulandari selaku Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Serang Raya (HIMAKSI UNSERA) dalam pesan WhatsApp.


(Redd-Alifahuderi)



Tuesday, March 28, 2023

Tolak UU Cipta Kerja, KBM FEB-KIP UNSERA Bersama Aliansi BEM Serang Raya Gelar Unjuk Rasa



Terkait dengan disahkannya Perppu cipta menjadi UU oleh DPR RI pada tanggal 21 Maret 2023 manjadi sebuah kontradiksi dikalangan mahasiswa dan masyarakat Indonesia.


Aliansi badan eksekutif mahasiswa (BEM) Serang Raya menggelar aksi penolakan terhadap Perppu Cipta Kerja yang kini telah disahkan oleh DPR RI menjadi UU Cipta Kerja di DPRD Provinsi Banten di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), pada Selasa (28/3).

Dalam aliansi BEM Serang Raya ini terdapat kurang lebih 14 kampus yang ikut serta salah satunya universitas Serang raya dan kita BEM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN Ikut serta di bawah naungan BEM Universitas Serang Raya 

Terdapat banyak pasal yang sangat merugikan masyarakat secara pengaplikasian dan perpu cipta kerja melawan konsitusi yang berlaku 

Solusi yang di tawarkan Alinasi BEM Serang Raya dan BEM Universitas Serang Raya serta BEM FEB-KIP adalah dengan mencabut keputusan pengesahan UU cipta kerja.

Menurut ketua badan eksekutif mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis keguruan ilmu pendidikan (Najar Rohili) mengatakan " sudah seharusnya menjadi tugas mahasiswa untuk melawan segala kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat "

KBM FEB-KIP MELAWAN OLIGARKI!


Tuesday, August 16, 2022

BEM FEB UNSERA LAUNCHING PRODUK


Dokumentasi: Pengurus BEM FEB UNSERA 2021 - 2022

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Serang Raya (Unsera) meluncurkan berbagai cemilan.

Produk yang diberi nama "Cemilan BEM" ini dibuat langsung oleh mahasiswa FEB dan diharapkan menjadi bekal untuk berwirausaha.

Hal itu disampaikan Ketua BEM FEB Unsera Periode 2021-2022 Adi Darmawan,

Produk yang dibuat rekan - rekan mahasiswa dari FEB ini sebagaii mplementasi ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan untuk semangat berwirausaha," kata Adi.

Ia mengatakan, diharapkan BEM FEB Unsera dapat menciptakan produk-produk yang dapat menjadikan ciri khas fakultas.

Sebagai lulusan dari FEB diharapkan mahasiswa juga bisa membuat produk sendiri.

"Kami berharap ini bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk membuat produk sendiri dengan nama sendiri," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Departemen Kewirausahaan BEM FEB Unsera Shiffa Nur Alifah menuturkan, ini sebagai langkah yang baik bagi mahasiswa FEB-KIP bisa membuka usaha. Diharapkan tidak sampai disini membuka usahanya. Ke depan bisa banyak produk yang dihasilkan. 

"Kenapa kami memberi nama produk cemilan BEM? Sebab, Cemilan BEM adalah sebuah karya dari rekan-rekan BEM FEB Unsera dalam berwirausaha," tuturnya.

Ia mengatakan, pengurus BEM FEB Unsera mayoritas berwirausaha. Maka dari itu, pengurus BEM FEB berinisiatif menciptakan produk tersebut. Yang terlibat dalam pembuatan produk cemilan BEM adalah seluruh pengurus BEM FEB Unsera.

"Kami berkoordinasi dengan rekan - rekan mahasiswa kemudian dikoordinatori oleh Ketua Departemen Kewirausahaan BEM FEB Unsera siapa saja yang memiliki usaha dan kami fasilitasi," ujarnya.

Pembeli Cemilan BEM

Ia mengatakan, penjualan produk cemilan tidak hanya dititipkan di kantin kampus tetapi juga dijual melalui media sosial yakni IG bemfebunsera_ dan FKM_FEB_UNSERA serta di warung-warung terdekat Unsera.

"Terima kasih kepada rekan-rekan yang mendukung usaha ini. Diharapkan ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam membuka wirausaha," ucapnya. (Alifa)****

Jumat (16/8/2022).*

Sunday, April 10, 2022

BEM FEB-KIP Unsera dan Himapindo Banten Adakan Forum Kewirausahaan Mahasiswa



Kolaborasi antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Keguruan Ilmu Pendidikan (FEB-KIP) Universitas Serang Raya (UNSERA) dengan Himpunan Mahasiswa Pengusaha Muda Indonesia (HIMAPINDO) Wilayah mengadakan sebuah diskusi Forum Kewirausahaan Mahasiswa (FKM) pada hari Sabtu (9/5).

Acara diselenggarakan di gedung B tersebut membahas tentang dunia wirausaha dengan mendatangkan narasumber yang ahli di bidangnya.

Salah satu alasan yang melatarbelakangi diadakannya acara tersebut yaitu tingginya minat mahasiswa FEB Unsera terutama di bidang wirausaha. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa yang telah memiliki usaha sendiri baik itu berupa online shop maupun berbagai macam produk dan jasa lainnya. Maka dari itu, untuk terus meningkatkan semangat dan rasa percaya diri mahasiswa untuk berwirausaha, diadakanlah acara forum diskusi tersebut. 

Korwil Himapindo Banten, Indra Bayu Suhadi selaku narasumber mengatakan kewirausahaan seharusnya dimulai dengan pembentukan karakter wirausaha. Seperti kreativitas, keberanian, percaya diri, kemampuan mengadakan negosiasi, serta kemampuan dalam berbicara. "Pemberian mata kuliah kewirausahaan di kampus tidak cukup, bahkan tidak dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa," ungkapnya.

Ia juga menambahkan, proses pembelajaran masih banyak menerapkan metode belajar satu arah, yaitu berpusat pada dosen atau pengajar. Sehingga, tidak mengherankan dialog yang terjadi teramat minim. Padahal, kata Indra berani berbicara, berdialog serta ada eksekusi nyata itu merupakan salah satu bibit dari jiwa kewirausahaan

"Kalo hanya berbicara, belajar dengan teori, semua orang pun saya rasa bisa, tapi banyak orang yang tidak bisa dalam mengeksekusi secara nyata, nah makanya ketika kita sudah belajar berbicara, berdialog langsung adakan eksekusi nyata, agar cepat terealisasikan"

"Dengan mencetak jiwa wirausaha, setidaknya akan mengurangi tingkat pengangguran," tambahnya.

Sementara wakil ketua BEM FEB-KIP Alifa Huderi, mengatakan bahwa program Forum Kewirausahaan Mahasiswa ini bertujuan untuk memberikan edukasi serta menghimpun para entrepreneur muda untuk mengembangkan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa dan FEB-KIP UNSERA 

"Bidang fakultas kita adalah ekonomi, sudah seharusnya para mahasiswa sudah siap terjun di dunia bisnis maupun pelaku usaha," ujarnya.

Acara berjalan dengan lancar dan sukses walau hanya dengan persiapan yang singkat. Hal tersebut terbukti dengan adanya minat yangp tinggi dan antusiasme peserta di dalam forum yang terlihat selalu aktif bertanya kepada narasumber.

“Acara ini sangat bermanfaat, dan dapat menambah wawasan saya tentang bagaimana cara berwirausaha dengan baik sehingga mampu bersaing pada era global ini. Kemudian saya juga merasa lebih berani lagi untuk mencoba usaha dengan ide-ide baru," kata salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya.

Friday, September 4, 2020

Polemik Biaya Wisuda Drive Thru ; Masuk Unsera Mahal, Keluar Unsera-pun juga Mahal


Kuliah itu Mahal, Kata Siapa? - Hulondalo.id

gambar: hulondalo.id

**

“Mahasiswa, kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hokum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihatlah disekelilingmudan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda; untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan system yang kejam ini? (Victor Serge, Bolshevik)

Pembahasan tentang dunia pendidikan, selalu menjadi sesuatu hal yang menarik untuk dibicarakan. Mulai dari perbaikan system pendidikan, gonta ganti kurikulum sampai biaya pendidikan yang selalu dikomersialisasi dan semakin susah dijangkau oleh semua orang.

Tulisan ini agaknya, hanya berisi curhatan dan refleksi semata, berharap semua orang yang membaca juga merasakannya dan sedikit sadar bahwa pendidikan perguruan tinggi sedang tidak baik-baik saja, terutama di kampusku.

Kampus swasta yang berada di Kota Serang ini memang sudah beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang dinilai menjurus kepada batas kewajaran. Beberapa hari yang lalu, tanggal 26 Agustus 2020 dilansir melalui akun resmi instagram @unserajawara pihak kampus mengeluarkan kebijakan wisuda Drive Thru dengan nominal biaya yang tidak wajar. Pasalnya biaya wisuda Drive Thru sangat tidak relevan dengan situasi sekarang yang begitu melambung tinggi bak elang melayang-layang mengudara, padahal segmentasi kelas social-ekonomi para orangtua/murid mahasiswa sedang terjepit dampak pandemi Covid-19.

            Seharusnya wisuda angkatan 12 gelombang II dilaksanakan bulan April tetapi diundur karena Covid-19 hingga akhirnya menghasilkan keputusan wisuda Drive Thru. Pada audiensi jajaran rektorat dengan perwakilan mahasiswa, dilansir melalui press realese MPM Unsera (28 Agiustus) menghasilkan bahwa:

  1. Calon wisudawan 12.2 sebanyak 499 mahasiswa/i
  2. Keputusan Wisuda Drive Thru ini telah dipertimbangkan oleh hasil keputusan jajaran civitas akademika kampus dengan berdasarkan intruksi Kemendikbud, kondisi pandemi serta pertimbangan ijazah agar segera sampai ke tangan mahasiswa.
  3. Rektor menolak untuk transparan terkait anggaran wisuda Drive Thru 

Mahalnya biaya wisuda Drive thru serta tidak transparansi anggaran terasa ironis. Memungut biaya yang melambung tinggi bak mesin pencetak uang yang menguras uang rakyat, wajar jika pepatah “Masuk Unsera mahal, keluar Unsera-pun juga mahal.” disematkan pada kampus Aquarium ini.

            Wisuda Drive Thru dengan biaya sebesar Rp. 1.500.000,- dinilai sangat tidak manusiawi. Kebijakan ini mengundang kegelisahan yang mendalam bagi para mahasiswa Unsera, baik yang masih aktif maupun yang akan mengikuti wisuda angkatan 12 gelombang II tahun 2020 ini. Mengingat nominal yang dibebankan kepada para calon wisudawan sangat besar namun tidak berbanding lurus dengan apa yang akan mereka terima. Tentu dikalangan mahasiswa Unsera sudah paham jika biaya sebesar itu tidak setimpal dengan apa yang mereka dapatkan saat pelaksanaan wisuda tersebut. Hal ini menjadi pemicu ramaikan kolom komentar akun @unserajawara. 

Tidak sedikit mahasiswa terutama calon wisudawan berkomentar di postingan informasi wisuda tersebut, seperti halnya komentar atas nama akun @ikamustikaam “1,5 juta keliling Unsera doing, mending keliling Taman Safari, liburaaaann..” Kalimat tersebut pada dasarnya bentuk ungkapan rasa kecewa dan protes kebijakan kampus yang mematok biaya wisuda yang tidak rasional, karena wisuda dijalankan secara Drive Thru. Kampus tak perlu mempersiapkan banyak hal, semestinya biaya sebesar itu perlu dipertimbangkan kembali.

            Momentum wisuda merupakan ritual yang paling sakral yang dilakukan mahasiswa yang telah tuntas menempuh studi di Perguruan Tinggi. Ironi memang, selain momen yang kurang meriah karena prosesi wisuda tidak seperti biasanya, ditambah kegiatan yang hanya beberapa menit ini harus dibayar dengan biaya yang mahal, justru tidak ada transparansi dana dari birokrat. Jika akumulasikan, calon wisuda UNSERA September 2020 = 499 mahasiswa x Rp. Rp. 1.500.000 = Rp. 748.500.000,- dana terkumpul untuk wisuda Drive Thru 12.2 (tidak menyewa gedung, tidak ada acara hiburan, dan waktu yang singkat)

Kegelisahan inilah yang menjadi tanda Tanya besar bagi mahasiswa UNSERA, khususnya calon wisuda. Biaya sebesar itu untuk apa? PERLU ADANYA TRANSPARANSI!!

            Pihak birokrat harus lebih bijaksana dalam mematok biaya wisuda. Meskipun kegiatan ini untuk mahasiswa, tetapi jangan terlalu memberatkan calon wisudawan apalagi disaat kondisi pandemi ini. Sejatinya wisuda hanya bersifat ceremonial saja, jika biaya wisuda dapat diminimalisir, maka akan bermanfaat untuk kebutuhan wisudawan pasca kelulusan.

 

 Ditulis oleh : Khairul Anwar

Saturday, May 2, 2020

Mahasiswa FEB Unsera Soroti Penanganan Sistem Validasi Online yang Kurang Responsif

mahasiswa FEB saat antri validasi

 Aksi kekecewaan dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Serang Raya (Unsera) berbuntut pada proses validasi pembayaran melalui sistem online.

Ujian Tengah Semester yang tinggal menghitung hari digencarkan dengan sistem validasi online di kampus Unsera. Sebelumnya, Universitas Serang Raya yang dilansir melalui akun instagram Humas @unserajawara, mengambil kebijakan yaitu dengan menggunakan validasi online akibat kuliah diganti dengan sistem daring (online) dampak virus Covid-19. Sehingga, pihaknya segera membuat kebijakan agar mahasiswa tetap bisa menyelesaikan sisa pembayarannya tanpa harus datang validasi ke kampus.

Mekanisme validasi online yaitu mahasiswa hanya mengirimkan nama lengkap, NIM dan program studi kemudian dikirim melalui nomor yang tertera disetiap Fakultas via WhatsApp.

Sekadar diketahui, mahasiswa Unsera tidak diperkenankan mengikuti ujian jika namanya tidak tertera di portal tersebut. Sehingga mahasiswa wajib menyelesaikan administrasi sisa pembayaran agar dapat mengikuti ujian.

Akan tetapi, penerapan sistem validasi online tersebut menuai banyak kekecewaan dikalangan mahasiswa karena dianggap belum maksimal. Banyak keluhan mahasiswa terutama di Fakuktas Ekonomi dan Bisnis. Sudah 5 hari kampus menerapkan validasi online, namun respon validasi dari pihak FEB lamban dalam menanagani kebutuhan mahasiswa. Pada hari Sabtu (2/5), tidak sedikit mahasiswa berbondong-bondong datang ke kampus hanya untuk validasi karwna buntut kekecewaan teehadap pihak validasi yang lamban.

Seperti halnya Ryan, mahasiswa Manajemen ini menyayangkan dengan sikap dari pihak validasi fakultas yang tidak responsif saat dihubungi secara virtual.

"Hari ini dikampus kaya antrian sembako. Aneh, padahal validasi online bisa tapi tidak direspon." ungkapnya kecewa melalui grup.

Keluhan lainnya datang dari Fatisah, mahasiswa manajemen semester 8 tersebut mengungkapkan bahwa dirinya kecewa karena tidak ada respon saat menghubungi untuk validasi online.

"Saya sudah dua hari menghubungi pihak validasi, tapi sampai sekarang belum dibales." pungkasnya.

Menyikapi rekan-rekan mahasiswa FEB yang kecewa akibat validasi online yang tidak responsif, ketua BEM FEB Unsera, Eka Iswanda mengungkapkan dirinya bahwa unsera tidak berfikir panjang ketika akan menerapkan suatu kebijakan alhasil kebijakan validasi online membuat mahasiswa membludak untuk validasi secara langsung.
"Memang mahasiswa FEB paling banyak di Unsera, tapi kampus seharusnya sigap dalam kebijakan validasi online yang diterapkan. Pihak kampus hanya gigit jari melihat keadaan tersebut." tegasnya. (Red/Anwar)

Monday, April 27, 2020

Kampus Jawara: Praktik Kegagapan dan Disorientasi Nilai Humanistik?


gambar: akun twitter @__Raung

“Untuk mendapatkan sistem pengajaran yang akan berfaedah bagi peri-kehidupan bersama, haruslah sistem itu disesuaikan dengan hidup dan kehidupan rakyat. Oleh karena itu wajiblah kita menyelidiki segala kekurangan dan kekecewaan dalam hidup kita berhubungan dengan sifatnya masyarakat yang kita kehendaki.” –Ki Hajar Dewantara-

Kegagapan pemerintah dalam menghadapi krisis covid-19 turut berimplikasi pada ranah pendidikan tinggi. Pandemi ini menimbulkan kepanikan bagi kampus karena mesti merumahkan dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa. Kuliah yang normalnya lebih banyak dilakukan dengan tatap muka di kelas kini harus berubah format menjadi perkuliahan daring. Di kondisi semacam ini, kampus yang sejatinya adalah laboratorium intelektual seharusnya bisa memposisikan peran sebagai problem solving. Namun yang terjadi adalah sebuah ironi yang menyayat kalbu.

Menghadapi kondisi ini tentu Universitas Serang Raya (Unsera) kampus yang mempunyai tagline #UnseraJawara sebagai satu badan perguruan tinggi yang sudah diselaraskan dengan kepentingan rakyat harus memainkan peranan sosialnya. Wajib diketahui bahwa perkara kehidupan dan penghidupan rakyat itulah yang jadi pokok tujuan dalam usaha Unsera.
Kampus tercinta dengan bangunan megah bukanlah tolak ukur tercapainya cita para mahasiswa. Adu argumentasi pada intinya adalah sebagai proses membentuk mental dan karakter penghuni kampus untuk beranu menyatakan kebenaran dan siap memperjuangkan keadilan. Akan tetapi semuanya itu tentu tidaklah seindah dan semanis yang kita bayangkan.

Kegagapan

Esensi kuliah yang perlu diketahui oleh institusi pendidikan, baik secara tatap muka di kelas maupun secara daring, adalah dialog. Apapun metode dan alat yang digunakan dalam pembelajaran daring, dialog patut menjadi esensi yang semestinya diperhatikan. Banyak kampus telah menerapkan sistem pembelajaran daring sebagai implementasi pendidikan jarak jauh pada pendidikan tinggi sehingga dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidiknya terbiasa menggunakan metode dan alat yang beragam dalam perkuliahan daring. 

Namun di kampus kita tercinta ini, kampus jawara Universitas Serang Raya kuliah daring merupakan hal yang baru sehingga kampus masih terkesan gagap. Secara institusi maupun individu, dosen dan mahasiswa tidak terbiasa dengan perkuliahan daring sehingga mengalami kegagapan pula. Berbagai proses adaptasi tepat guna telah dilakukan untuk menjalankan perkuliahan daring. Sayangnya, kegagapan ini berujung pada metode perkuliahan yang tidak efektif bahkan tidak manusiawi.
Dosen memberikan beragam tugas yang bertumpuk lalu meminta mahasiswa mengumpulkan tanpa memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Fenomena di balik tidak adanya umpan balik kepada mahasiswa menandai perkuliahan hanya berlangsung satu arah, bukan kuliah yang dialogis. Pada akhirnya kita hanya akan sambat atau mengeluh di media sosial.

Ketidaksiapan kampus menerapkan kuliah daring merupakan ironi dalam dunia pendidikan tinggi kita. Kampus belum menggunakan berbagai media komunikasi dalam proses perkuliahan yang bisa diterapkan dalam pendidikan jarak jauh. Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Pada kasus seperti ini, agaknya ada kesenjangan antara kampus dengan mahasiswa.
Kampus masih menggunakan paradigma pembelajaran konvensional, sementara mahasiswa adalah generasi yang akrab dengan berbagai media komunikasi digital yang mereka akses secara daring melalui telepon pintar dan komputer tablet.

Pandemi covid-19 sekaligus membuka tabir bahwa sistem pendidikan kita hari ini rapuh dan dibangun atas dasar pemintaan pasar bebas serta penilaian angka-angka sebagai tolok ukur keberhasilan. Institusi pendidikan kita hari ini hanya berusaha mengerucutkan pendidikan menjadi sebuah mesin untuk memenuhi ekspektasi ekonomi mahasiswa maupun masyarakat.
Institusi pendidikan kita masih abai dalam hal membaca kebutuhan zaman dan menutup diri dalam pembelajaran yang modern dan humanis. Ini bukan soal apa-apa, ini soal posisi ilmuwan, kaum terdidik, yang menutup diri untuk persoalan-persoalan nyata di sekitarnya. Akademisi seperti itu adalah produk sistem pendidikan yang positivistik-mekanistik. Sistem pendidikan yang jauh atau sengaja dijauhkan dari sentuhan nilai-nilai humanistik.

Disorientasi

Dalam situasi nasional yang sedang menuju krisis itu, sepatutnya institusi pendidikan tinggi sebagai arena pemikiran mampu menganalisis situasi serta menyediakan tindakan antisipatif yang sekiranya bisa diterapkan dalam kebijakan yang menyejahterakan kemaslahatan mahasiswa bahkan masyarakat. Namun lagi-lagi institusi pendidikan tinggi tidak memainkan perannya sebagai problem solver.

Institusi pendidikan masih terjebak sistem pengajaran yang konservatif dan terikat pada target pencapaian kurikulum pembelajaran. Bukti nyatanya ialah setiap surat edaran yang selalu dikeluarkan oleh kampus sebenarnya jauh dari cita-cita Ki Hajar Dewantara. 
Setiap surat yang diedarkan tak ada satu pun poin yang membicarakan persoalan finansial kemahasiswaan dan nasib mahasiswa perantau di tengah wabah pandemi ini. Orientasi kebijakan yang bias ini menempatkan kampus hanya sebagai penghasil nilai yang mengejar profit dan target kurikulum daripada masalah kemanusiaan dan jaminan kemaslahatan mahasiswa dan masyarakat secara menyeluruh.

Alih-alih memberikan prioritas kepada kebutuhan pembelajaran, jaringan keamanan sosial, dan merespon pandemi Covid-19, birokrasi kampus justru tidak memberikan alokasi anggaran secara konkret sebagai penunjang kegiatan pembelajaran daring dan penangguhan pembayaran SPP variabel, serta keberlangsungan kehidupan dan penghidupan mahasiswa selama pandemi ini. Padahal banyak mahasiswa perantau di kampus jawara  ini yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Kampus mestinya bisa membuat kebijakan yang menyentuh ranah-ranah tersebut.

Kampus sepatutnya juga mereaktualisasi kembali sifat dan maksud pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidikan yang berguna untuk peri kehidupan bersama. Maksudnya ialah memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan (rakyat). Di dalam konsep hidup merdeka, seseorang mesti senantiasa ingat bahwa ia hidup bersama-sama dengan orang lain yang kemudian tergolong menjadi suatu bagian dari persatuan manusia yang berhak menuntut kemerdekaannya, dan mereka itu semua lebih besar (rakyat). Oleh karenanya, bila makin tinggi, makin lebih banyak pengaruhnya terhadap kemerdekaan manusia, haruslah pengajaran bagi rakyat dipertinggi sepantasnya. Tidak hanya itu, pendidikan harus mengutamakan kemerdekaan haknya sebagai anggota dari persatuan (rakyat).

Kebijakan-kebijakan neoliberal dalam pendidikan tinggi telah mengubah misi dan visi pendidikan tinggi Unsera secara keseluruhan. Dikarenakan institusi pendidikan tinggi kita menjadi sebuah “pasar” ketimbang sebuah public good maka fokus mahasiswa maupun para pendidik pun adalah return of investment (ROI) dari ‘investasi’ para mahasiswa. Dengan kata lain fokus pendidikan yang dipersempit ke output ekonomi menyebabkan matinya aktivisme dan pola pikir kritis mahasiswa secara perlahan. Oleh karena itu, perlu sebuah revolusi pendidikan yang terbuka terhadap kritik, serta mendorong masyarakat untuk berpikir secara kritis akan dirinya maupun dunia sekitarnya, serta sesuai dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara yaitu membentuk pendidikan yang memanusiakan manusia.

Lantas apa yang bisa membuat pendidikan khsususnya Unsera insaf dengan nilai kemanusiaan yang dapat memberikan semangat bagi kaum terdidik untuk membuka mata terhadap masalah manusia dalam kehidupan?
Apakah kita harus merefleksikan kembali tujuan perguruan Unsera dan semangat perjuangan Ki Hajar dalam mewujudkan sistem pendidikan nasional sebagai antitesa terhadap sistem pendidikan penjajah?

Silakan memberikan jawaban di benak kita masing-masing..


Ditulis oleh : Khairul Anwar