PRESS RELEASE : HASIL DISKUSI ONLINE
"DPR dan Pemerintah Sibuk Meloloskan Omnibuslaw ditengah
Pandemi Covid-19, RAKYAT BISA APA?"

Diikuti
oleh :
-
Ketua MPM
Unsera 2019/2020 (Syahrul Ramadhani Putra)
-
Demisioner
Ketua dan Wakil ketua BEM FEB 2018/2019
(Fikri Marwan
SN & Tubabgus Ilham)
-
Demisoner
Ketua HIMAKSI 2018/2019 (Adha Dhai M)
-
Anggota
dan Pengurus KBM FEB, FKIP & VOKASI
Dalam
diskusi yang diadakan oleh DPM FEB ini, tertanggal 25 April 2020, pukul 16.00
s/d 17.30 WIB, notulensi coba merangkum hasil diskusi yang berlangsung via
aplikasi Zoom.
Pemerintah dan DPR
secara kontroversial terus membahas draft Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja
yang disusun dengan metode omnibus ditengah Pandemi Covid-19 yang menderita
Indonesia. Sejak awal dirancang pemerintah, RUU Cilaka sebenarnya
telah mendapat penolakan tegas dari masyarakat, terutama serikat buruh.
Peraturan itu dianggap menghapus banyak hak-hak buruh yang tertuang dalam UU
13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Rapat Paripurna DPR RI
Periode 2019-2020 telah menghasilkan kesepakatan diteruskannya pembahasan RUU
Cipta Kerja (Omnibus Law) oleh DPR melalui Badan Legislasi (Baleg). Hal ini
disepakati oleh 302 anggota dewan yang hadir, baik secara langsung maupun
melalui media virtual. Pembahasan Omnibus Law dilanjutkan menanggapi Surat
Presiden (Surpres)/R06/Pres tertanggal 7 Februari 2020 tentang RUU Cipta Kerja. Sikap
DPR di atas memberi sinyal bahwa parlemen dan pemerintah tidak memiliki
kepekaan atas permasalahan ekonomi dan sosial, bahkan atas situasi darurat
kesehatan yang tengah dialami rakyat saat ini. Dengan memaksakan melanjutkan
Omnibus Law pada masa darurat seperti sekarang ini, di saat kebijakan pyshical
distancing berlaku, telah meresahkan rakyat. Keputusan ini mencederai semangat
demokrasi, karena DPR dengan sengaja akan membatasi partisipasi publik dalam
pembentukan perundang-undangan. Sudah pasti publik tak bisa dengan efektif dan
optimal memberikan masukan, mengawal substansi hingga terlibat dalam proses
konsultasi di tengah situasi darurat saat ini.
Menurut hasil diskusi,
kami memandang perlu bahwa DPR dan Pemerintah harus menghentikan pembahasan RUU
Cipta Kerja dan RUU lainnya yang tidak sesuai dengan situasi sosial hari ini.
Pemaksaan RUU akan lahirkan keresahan di tengah publik. Masyarakat yang KECEWA
dengan penanggulangan wabah, tekanan ekonomi, ancaman PHK, represi di wilayah
konflik agraria akan bertemu dengan kekecewaan masyarakat kepada DPR karena
bersikukuh tetap melanjutkan RUU anti rakyat ini. Apabila diabaikan, gejolak
ini akan memaksa mobilisasi massa secara besar-besaran. Petani, buruh,
masyarakat adat, nelayan, mahasiswa, perempuan dan kelompok lainnya yang
terancam dengan RUU ini seolah telah dipancing oleh Negara sendiri untuk
melakukan mobilisasi. Situasi ini akan berdampak terhadap kebijakan dan usaha
pemerintah dalam mencegah penyebaran wabah pandemi Covid-19 itu sendiri. Ada
banyak hal yang SEPATUTNYA dilakukan DPR dalam situasi krisis saat ini sebagai
wujud tanggung jawab Konstitusi Negara, sebagaimana yang menjadi tujuan bernegara
kita dalam Pembukaan UUD, yakni melindungi segenap warga negara.
Maka SEPATUTNYA:
1. DPR menghentikan pembahasan RUU Cipta Kerja, karena kebijakan ini
BUKANLAH jalan keluar bagi ekonomi Indonesia, apalagi bagi kesejahteraan
masyarakat. Sebaliknya RUU ini mengancam keselamatan hidup rakyat, buruh,
petani, nelayan, masyarakat adat sehingga akan menimbulkan gelombang penolakan
yang luas dari masyarakat sipil.
2. DPR awasi kinerja pemerintah dalam menanggulangi wabah
Covid 19 untuk meminimalisir jumlah korban, mencegah menjalar lebih luas bahkan
hingga ke desa-desa. Menyadari fasilitas dan tenaga kesehatan yang tidak
memadai dan merata, DPR mesti meminta keterangan pemerintah atas situasi ini.
3. DPR memastikan pemerintah menangani dampak meluas
sosial-ekonomi dari wabah Covid-19 dengan memastikan ketersediaan kebutuhan
pokok masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah selama status darurat
Kesehatan.
Kewajiban menjaga
situasi yang kondusif di saat krisis bukan hanya tugas rakyat, tapi juga tugas
DPR dan Pemerintah! Oleh
sebab rakyat yang ditekan dari berbagai aspek kehidupannya, dapat menekan balik
Negara yang gagal jalankan fungsinya.
Demikian PRESS RELEASE
hasil diskusi online ini kami buat agar menjadi perhatian bagi semua pihak.
Narahubung:
DPM FEB UNSERA 2019/2020
DPM FEB UNSERA 2019/2020
Salam hormat :
KBM FEB, FKIP &
VOKASI UNSERA
Serang, 25 April 2020.
No comments:
Post a Comment