Wednesday, August 16, 2017

#Catatan perjalanan PKM KBMFE. Seorang Nenek Pedagang Gorengan di Al-Mu'min

Literasi By : Khairul Anwar (31216223)
 
Hari selasa, 25 Juli 2017, hari yang sangat cerah untuk memulai aktivitas penuh semangat dan keberkahan. Seperti biasa, aku dan kawan-kawan Bidang Pendidikan berangkat menuju madrasah Al-Mu'min untuk menjalankan program kerja pengajaran, sebuah rutinitas yang kami lakukan setiap hari kecuali Jum'at dan Minggu.
     Waktu telah memasuki siang hari, terik matahari begitu menyengat. Saya beserta tim Bidang Pendidikan akan mengajar di Madrasah al-mu'min yang dimulai dari jam 13.00 WIB s/d jam 16.00 WIB. Saat itu aku melihat seorang nenek didepan madrasah Al-mu'min yang sedang berjualan gorengan dengan memikul bak baju dipundaknya. Ia mulai menurunkan barang dagangannya dan mulai menjajakan dagangannya yang terdiri dari bakwan, risol, dan molen. Masing-masing dari sebiji dagangannya dijual seharga Rp 1.000

Keramaian terjadi dari murid-murid Al-mu'min yang memang sejak awal kedatanga mahasiswa Fakultas Ekonomi UNSERA sangat antusias. Anak-anak dengan riangnya bermain dilingkungan madrasah bahkan sampai ada yang lari-lari.
Tapi sang nenek pejual gorengan tersebut tetap berdiri setelah selesai menjajakan dagangannya. Beberapa menit kemudian, akhirnya si nenek itu duduk di samping ku tempat duduk yg tersedia didepan madrasah. Setelah dekat dengan sosok nenek itu, aku sungguh merasakan kelelahan yang ada pada dirinya. Kulitnya hitam legam terbakar matahari, matanya merah karena kekurangan tidur, rambut dan pakaiannnya lusuh tidak terurus, dan badannya sudah keriput yang seharusnya tidak berjualan seperti itu lagi. Sang nenek tersebut sungguh sangat kelelahan.
     Aku memulai dialog dengan dirinya. Ia adalah seorang nenek beranak lima dan mempunyai 8 cucu. Ia tinggal sendiri di Kampung Baru Desa Lontar dan menempati satu kamar kecil. Ia sudah 5 tahun berjualan seperti itu, dan tidak ada perubahan dalam keadaan ekonominya. Suatu hal yang sangat miris bahwa di negara ini masih banyak wong cilik yang berjalan di langkah yang sama atau malah semakin terperosok jauh dalam kemiskinan.
     Perbincangan masih terus berlanjut, karena memang jam pengajaran belum dimulai. Sekarang sudah memasuki sesi pendidikan. Ia mulai betanya apakah saya seorang mahasiswa, kuliah dimana, mengambil jurusan apa, dan intinya adalah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pendidikan. Ia berkisah bahwa saat ini anak bungsunya masih kelas 11 atau kelas 2 SMA. Dalam benaknya, Ia menginginkan anaknya dapat menerima pendidikan sampai pendidikan tinggi dan tentu memiliki nasih yang lebih baik darinya. Ternyata pendidikan yang baik masih menjadi barang mahal di negeri ini. Mungkin saja nenek ini kurang mengetahui tentang biaya pendidikan murah bahkan gratis. Bagaimana pun kaum intelek merupakan kaum yang terpilih dan semoga kita dapat membayarnya dengan pengabdian yang penuh totalitas bagi bangsa dan negara

"Nek, saya mau masuk kedalam dulu, ya.." ucapku.
Dan saya pun membeli gorengan dagangan nenek tersebut untuk dimakan bersama kawan-kawan Bidang Pendidikan Crew.


Jam pengajaran sudah dimulai sekaligus mengakhiri percakapan bersama nenek tersebut. Sehat terus ya, nek. Semoga selalu dalam lindungan Allah Swt.

No comments:

Post a Comment